Semua orang di wilayah Tanjung Bunga pada jaman dahulu pasti pernah merasakan sentuhan tangannya. Sebagian besar hidupnya memang diabdikan untuk masyarakat Tanjung Bunga dalam bidang kesehatan. Kami memanggilnya dengan sebutan Mantri Karolus. Pria asal Puor Lembata yang berfam Lamak ini saya kenal sebelum saya mengenal tulisan, yakni sebelum duduk di Sekolah Dasar (SD) .
Mengabdi di Balai Pengobatan Koten Walang kala itu, beliau keliling dari desa yang satu ke desa yang lain di Kecamatan Tanjung Bunga. Setiap kali kunjungannya, kami anak-anak kala itu pergi menghindari karena takut disuntik. Namun dengan jiwa kebapakannya, beliau selalu membujuk kami untuk diperiksa dan bila dipandang perlu disuntik. Ketika ditanya kenapa itu selalu dilakukan, ia menjawab bahwa belum tentu sebulan sekali sempat menyinggahi Desa kami. Untuk mengelilingi wilayah Tanjung Bunga yang luas ini, ia lakukan dengan berjalan kaki.
Pengabdian dan cintanya terhadap Tanjung Bunga beliau tunjukan dengan memilih menetap di Waiklibang, ibukota Kecamatan ini, setelah pesiun dari kedinasannya.
Tahun 2012 saat mengikuti Misa syukur Pater Jhon Besi Koten di Gereja Paroki St. Lodovikus Waiklibang , saya berjumpa dengannya. Itu merupakan perjumpaan kami yang terakhir.
Pria asal Puor Lembata ini memang menjadi tumpuan harapan kami masyarakat Tanjung Bunga kala itu bahkan hingga akhir hayatnya. Selain kecintaan akan tugas dan pengabdiannya Pria yang beristrikan Puteri Balela Larantuka ini juga mencintai Tanah kelahirannya. Ini dibuktikan dengan memberi nama Puteri Sulungnya dengan panggilan Lembata.
Secara pribadi pada tahun 1979, beliau menyelamatkan nyawa saya dari luka di kepala akibat terjatuh ke jurang. Maka kepergiannya menghadap Sang Khaliq meninggalkan kesedihan mendalam. Untuk Ama Hans Lamak dan semua saudaranya saya secara pribadi menyampaikan Turut Berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya. Semoga Bapak Mantri Karolus disambut Sang khaliq dalam Ribaan KasihNya. (Teks: Andreas Soge)